Sekolah Gratis? Antara harapan dan kenyataan

   Saat lagi asyik nonton acara di televisi, ada sebuah iklan layanan masyarakat yang temanya SEKOLAH GRATIS. Langsung saja tema iklan ini jadi bahan buat posting. SEKOLAH GRATIS atau yg sering digembar-gemborkan sejak dulu PENDIDIKAN GRATIS merupakan tema yg sudah out of date bagi masyarakat. Antara harapan masyarakat dan realita di lapangan tidak sama. Yg dimaksud GRATIS di sini masih sangat SAMAR dan TIDAK MEMBUMI.

   Kenapa saya mengatakan SAMAR dan TIDAK MEMBUMI? Karena ada beberapa penafsiran dari kata GRATIS di sini. Pertama, yg di-GRATIS-kan itu apa? Hanya SPP atau keseluruhan? Jika hanya SPP itu sama saja menipu rakyat karena pihak sekolah, walaupun itu sekolah negeri pun, pasti membebankan banyak hal pada orang tua siswa, seperti uang gedung, uang seragam, uang buku, uang LKS (Lembar Kerja Siswa), uang perpisahan, bahkan sampai uang untuk membeli kenang-kenangan bagi guru yg pensiun. Kedua, kalau di-GRATIS-kan, guru-guru dapat proyek atau tambahan penghasilan tambahan dari mana? Padahal selama ini, guru-guru menjadi ‘sales’ bagi pihak penerbit untuk memasarkan bukunya. Ketiga, jika di-GRATIS-kan, maka dari mana pihak sekolah dapat dana untuk membiayai pembangunan fasilitas penunjang pelajaran? Walaupun pada prakteknya, ada beberapa oknum guru yang kecipratan rezeki nomplok dari proyek pembangunan fasilitas. Keempat, sebagai pengetahuan saja, ada beberapa oknum guru yg menggelapkan dana BOS dari pemerintah, misalnya harusnya dana yang keluar dua juta tapi dikatakan satu juta setengah dan itu terjadi terang-terangan.

   Seharusnya pemerintah, dalam hal ini MENDIKNAS, menjelaskan dan mensosialisasikan kepada masyarakat secara jelas dan transparan, arti dari SEKOLAH GRATIS yg sesungguhnya, apakah GRATIS secara KESELURUHAN atau hanya SPP tiap bulan yg di-GRATIS-kan. Soalnya, walaupun di iklan televisi, dengan adanya SEKOLAH GRATIS maka rakyat kecil akan berkurang bebannya. Semudah itukah SEKOLAH GRATIS meringankan beban rakyat? Padahal beban rakyat itu tidak cuma dalam hal pendidikan bagi anak-anaknya. Selain itu, pemerintah (MENDIKNAS melalui DEPDIKNAS) melakukan kontrol ketat kepada sekolah-sekolah khususnya sekolah negeri karena sekolah-sekolah negeri itu RAWAN penyelewengan walaupun gaji guru jauh lebih tinggi dari pada pegawai pabrik.

   Tulisan ini hanyalah sebuah ungkapan hati dari seorang yg peduli dengan pendidikan di Indonesia. Tidak ada maksud apapun dari tulisan ini. Kalau tulisan ini bermanfaaat, alhamdulillah. Semoga dengan tulisan ini pembaca mendapatkan insight atau pencerahan serta sebagai bahan untuk merumuskan formula untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Pendidikan bukan sebuah eksperimen namun sebagai jalan menuju kemajuan bangsa.

6 pemikiran pada “Sekolah Gratis? Antara harapan dan kenyataan

  1. ……formula untuk memajukan pendidikan di Indonesia?
    mungkin sebuah formula rahasia yang rumit dan tak terjangkau saat ini. namun formula itu bisa jadi sudah dimulai dari SPP gratis dan dana BOS serta anggaran Pendidikan yang biar sedikit sudah ada trend naik. Semoga dari yang sedikit ini formula tersebut lambat laun dapat terwujud. Dream Indonesia

  2. di sini dr SD sampai universitas nggak bayar, walau kemarin2 ada beberapa uni mewajibkan studentnya bayar tapi baru hanya beberapa itupun banyak yg diprotes, intinya siapa saja boleh sekolah gratis tak ada perbedaan

  3. manakah yang harus didahulukan…
    antara mengratiskan sekolah dan memperbaiki kualitas sekolah?
    haruskah kita mendahulukan sekolah gratis yang mencetak yang mencetak moral2 anak bangsa yang bobrok… atau haruskah pemerintah memperbaiki kualitas demi masa depan bangsa dengan himpitan ekonomi yang makin mencekik leher rakyat jelata…

    ataukah keduannya harus dilakukan bebarengan… itu baru PR kita…?

  4. He he he…iklan sekolah gratis itu hanyalah alamat menjelang 9 April yang lalu…
    Dan nampaknya emang terbukti manjur 😀
    Saya cuma kasian aja sama Bambang Sudibyo…he he dia lagidiperlata tuh.

Tinggalkan komentar